#EdisiBaper- Desir Aneh

Bagaimana bisa kau jatuh cinta hanya dalam hitungan hari?

.

.

[Desir Aneh]

.

.

Sudah lama aku menghirup udara di sini.

Mulai udara sejuk nan segar yang ada di masa kecil, sampai saat ini ketika polusi mulai melingkupi dan mencekik paru- paru.

Sudah lama aku menjejakkan kaki di sini.

Belajar bahasa ibu. Mengenal berbagai macam watak orang. Menjejalkan materi- materi dari buku cetak ke dalam otakku. Mengulas cengiran lebar kala melihat apa pun yang berhubungan dengan hal yang kusukai, K- pop.

Ya, tertawalah.

Kalau melihat umur, memang seharusnya aku sudah menjadi pribadi yang tenang, dewasa, dan bukan zamannya lagi memekik heboh saat melihat Chanyeol.

20 tahun telah berlalu semenjak aku diberikan nama.

Tahun berlalu dan aku mulai mengenal sesuatu yang berdesir dalam dada.

Awalnya kau takkan menyadari perasaan itu merayap lambat. Menukik ke sana ke mari agar tak terjamah oleh alam sadarmu. Namun lama kelamaan, saat dia sudah begitu besar, kau pun mulai menyadari eksistensinya.

Desiran aneh yang entah mengapa begitu kusukai beberapa tahun belakangan.

Desiran aneh saat cinta monyet melanda.

Mulai zaman ingusan saat putih biru masih menjadi label, sampai saat ini kala aku jadi pengemis beralmamater.

Dalam kasus terakhir, kami berkenalan. Awal bertemu, tebar senyum dan sapa pun terjadi. Kami masih kikuk satu sama lain. Khawatir akan menyakiti tanpa sengaja, kami bertingkah begitu sopan, dan… penuh kehati- hatian.

Hari selanjutnya, kutanya apa hobinya, kujelaskan apa kesukaanku. Waktu bergulir dan situasi canggung pun perlahan sirna. Dimulai dari saling lontar ejekan, memanggil dengan sapaan yang tak biasa karena merasa ‘kita kok sama, ya?’. Detik demi detik terus saja berlalu, membiarkan kami menikmati kebersamaan, sampai akhirnya aku merasakan desiran aneh hadir.

Desiran aneh itu muncul, terkadang menginterupsi keakraban konyol di antara kami.

Hei, apa ini?

Lama, aku berpikir. Mencoba menerka. Membuat berbagai macam spekulasi dan hipotesis.

Sebagian dari diriku meneriakkan sebuah kata. Namun aku berlagak tuli tak mendengarnya.

Teriakan itu pun teredam oleh penolakanku untuk membenarkan satu kata itu.

Namun pada akhirnya, teriakan itu bertambah keras, memantul- mantul dalam batok kepala, membuatku mau tak mau memikirkannya juga.

Ini salah.

Aku khawatir, dengan adanya desir aneh itu, keakraban yang selama ini ada akan musnah tanpa sisa. Padahal selama ini kami berlagak seperti saudara. Satu keluarga namun dengan ayah dan ibu yang berbeda. Kami bagai objek dan refleksinya jika sedang berdua.

Dan aku tak ingin merusak itu semua.

Sulit. Ini begitu sulit untuk dilakukan.

Namun atas nama persaudaraan, aku berusaha mengikis rasa itu. Sedikit demi sedikit kuhapuskan rasa yang melekat di permukaan hati. Mengusirnya pergi agar tak menggangggu nanti.

Setidaknya aku berhasil. Perasaan aneh itu sudah lumayan bisa kukendalikan. Desir aneh sudah bisa kunetralisasi.

Kami bisa akrab seperti sedia kala. Kembali melontar olokan dan berbagi canda tawa.

Dia menemukan tambatan hati tak lama setelahnya.

Aku bisa apa?

Desiran aneh itu kembali mengakar. Layaknya bibit kanker yang kembali tumbuh.

Cemburukah?

Ah ini sungguh pelik.

Kembali aku berkeras mengeksekusi desir aneh itu.

Sana, pergi! Bentakku.

Seiring bergilirnya eksistensi matahari dan bulan, akhirnya aku sukses.

Serpih- serpih hati kembali kupungut, kutata agar seperti mulanya.

Saat itulah kamu hadir.

Entah kenapa, sejak awal bagian kecil dalam diri ini mulai meneriakkan satu kata itu lagi.

Seperti biasa, logika dan rasionalitas segera membungkam mulutnya. Aku mencoba untuk tak percaya.

Toh kita tak pernah bertemu, bukan?

Aku juga tak tahu, kamu ini sebenarnya siapa?

Kamu sudah memiliki tempat untuk melabuhkan hati?

Kamu lebih suka Sheila on 7 atau Linkin Park?

Kamu memilih makan siang dengan pecel Madiun atau bakso Malang?

Namun dari caramu bertutur kata, entah mengapa aku suka.

Kesederhanaanmu. Gurauanmu. Rayuan gombalmu, entah itu serius atau hanya kelakar pemuda. Aku sendiri tak tahu.

Haha.

Masa iya ini cinta? Atau hanya sekadar suka?

Dalam tempo yang sebegini cepatnya?

Ah entahlah. Aku sendiri tak mengerti.

Namun satu hal yang jelas kuketahui, aku merasakan sebongkah rindu menggerogoti. Kamu belum juga menampakkan diri hingga saat ini.

Hei, kamu. Iya, kamu.

Aku kangen kamu.

.

.

[Desir Aneh]

.

.

Ini curhatan atau cuma hasil imajinasi si kroco? Atau gabungan keduanya? Udah jelek, bikinnya cuma 20 menit pula. Eh tapi bikin pake hati ini cuy :p

#edisibaper

Anyway ini bikinnya sambil dengerin Big Bang- Let’s Not Fall in Love. Hanjeer. Dari awal sudah mencium bau kisah friendzone disitu. -_-

Oke, thanks for reading. Tanggapan dinanti 😀

5 thoughts on “#EdisiBaper- Desir Aneh

Share your comments here :D